Sabtu, 19 November 2011

Pengaruh Emosi Terhadap Penyesuaian Pribadi Anak dan Penyesuaian Sosial

Pengaruh Emosi Terhadap Penyesuaian Pribadi Anak dan Penyesuaian Sosial

1. Emosi menambah perasaan senang pada pengalaman sehari-hari. Emosi marah dan emosi takut kadang-kadang dapat menambah rasa senang dalam kehidupan seorang anak karena memberi rangsangan pada anak tersebut. Misalnya, seorang anak yang berperilaku marah-marah. Perilakunya tersebut menyebabkan lingkungannya bereaksi sesuai dengan harapannya, maka dia akan senang memperlihatkan perilaku marah-marah dan sering memperlihatkan emosi marah tersebut.
2. Emosi mempersiapkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Semakin intens emosi, semakin keseimbangan tubuh perlu persiapan untuk berperilaku. Sebaliknya, apabila persiapan tidak diperlukan, anak akan menjadi gelisah dan tidak tenang, seolah-olah sebagai akibat dari faktor emosional tubuh.
3. Ketegangan emosi mengganggu ketangkasan motorik. Kesiapan tubuh untuk berperilaku dalam permainan ketangkasan motorik menjadi berat, menyebabkan anak menjadi kaku dan canggung, serta dapat mengakibatkan gangguan bicara antara lain menggagap.
4. Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi. Melalui perubahan raut wajah dan gerakan tubuh yang menyertai emosi, sebagai luapan emosi, anak mengungkapkan, menyampaikan perasaannya kepada orang lain, dan menentukan bagaimana perasaan orang lain.
5. Emosi mengganggu kegiatan mental. Berkonsentrasi, mengingat kembali, berpikir dan kegiatan mental lainnya sangat dipengaruhi emosi yang kuat. Anak yang emosinya terganggu, sangat kesal, dan sebal, akan memperlihatkan hasil belajar di bawah potensi yang dimilikinya.
6. Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, memperkuat interaksi sosial. Anak belajar bagaimana mengubah perilakunya agar sesuai dengan harapan umum dan standar sosial. Anak dari lingkungan yang menghargai musik akan senang belajar main alat musik sebagai dasar untuk dapat mengikuti drum band di kemudian hari.
7. Emosi mewarnai pandangan hidup anak. Sifat-sifat anak mempengaruhi cara anak memandang peran hidup dan posisinya dalam kelompok sosial. Anak yang pemalu akan mempunyai pandangan hidup berbeda dibandingkan anak yang agresif.
8. Emosi terlihat dari ekspresi wajah. Seorang anak yang beremosi senang akan memperlihatkan sorotan mata yang baik. Sebaliknya seorang anak yang beremosi tidak senang, akan memberi kesan pandangan tidak menarik. Seseorang akan tertarik atau merasa segan oleh ekspresi wajah orang lain. Emosi memegang peranan penting dalam penerimaan sosial (social acceptance).
9. Respons emosional, apabila diulang-ulang, membentuk kebiasaan. Setiap ekspresi emosional yang memberikan kepuasan pada anak akan diulang-ulang dan terbentuklah kebiasaan. Apabila anak bertambah usianya dan menyadari reaksi orang lain terhadap ekspresi emosinya tidak menyenangkan, maka agak sulit untuk menghapus kebiasaan tersebut. Perilaku yang merupakan reaksi yang tidak menyenangkan bagi orang lain, secepat mungkin harus diperbaiki agar tidak menetap.
10. Emosi mempengaruhi keadaan psikologis. Di rumah, sekolah, tetangga, kelompok bermain, emosi anak mempengaruhi suasana psikologis dan sebaliknya. Anak yang memperlihatkan perilaku dengan temper tantrums (misalnya berguling-guling di lantai), mengganggu orang lain dan menimbulkan suasana emosi dengan kemarahan atau caci maki. Hal tersebut mengakibatkan anak merasa dirinya tidak dicintai.
Demikianlah, sejak bayi seorang anak akan memperlihatkan perkembangan emosi dengan ungkapan emosi yang berkaitan dengan rangsangan tertentu. Sejalan dengan perkembangan emosi, seorang anak juga memperlihatkan gerakan dan bunyi-bunyian. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh dirinya sendiri, kesehatan tubuhnya dan terpacu oleh kegiatan bermain.


http://amirblogger1991@ymail.com

TIPS DAN KIAT MENJADI PRIBADI YANG KUAT..

8 Tips Menjadi Pribadi Kuat

Berikut tips-tips untuk menjadi pribadi yang kuat:
1. Lakukan Segala Aktivitas dengan Ikhlas, Sabar, dan Syukur
Apa pun yang kita lakukan awalilah dengan keikhlasan. Ikhlas berarti melakukan sesuatu tanpa pamrih. Yakinlah, ketika kita melakukan sesuatu dengan tidak ikhlas„ bersiaplah untuk kecewa. Kalau saja kecewa merupakan hasil dari sesuatu yang kita lakukan, penyakit stres pun akan menghampiri kita. Sekian persen energi kita akan terbuang percuma hanya untuk sebuah kekecewaan.
Ikhlas akan menjauhkan kita dari kekecewaan. Ikhlas menjadikan kita memiliki kepedulian social yang tinggi. Apalagi keikhlasan tersebut dibarengi rasa sabar, akan membentuk pribadi yang tangguh, bijak, dan dewasa dalam bertindak.
Sabar dalam bertindak berarti kita melakukan sesuatu tanpa tergesa-gesa atau terburu-buru. Tidak ada suatu pekerjaan (aktivitas) yang dilakukan dengan tergesa-gesa akan menghasilkan hal yang menyenangkan. Biasanya ketergesagesaan akan melahirkan kekecewaan, sebab kita melakukan sesuatu tanpa perencanaan dan perhitungan yang matang. Kegundahan terus merasuki diri.
Sabar harus menjadi bagian hjdup kita. Rasa sabar akan menuntun kita selalu bertindak menjadi penebar kesejukan pada semua orang. Rasa sabar membantu kita mampu mengontrol emosi dengan balk. Kalau saja rasa sabar sudah menyatu dalam diri kita, rasa syukur pun akan menghiasi kehidupan kita. Ada semacam sandaran vertikal yang begitu kokoh yang selalu menuntun kita dalam setiap gerak dan langkah kehidupan.
2. Berpikir Positif
Marah, kecewa, cemburu, iri, dan dengki adalah sumber stres. Karena itu kita harus menjauhinya. Berpikirlah positif terhadap siapa pun dan apa pun yang kita lakukan. Jangan kotori pikiran dan hati kita dengan hal-hal yang dapat merusak ketenteraman atau ketenangan diri. Selalulah mengambil hikmah dan hal-hal yang positif dari setiap aktivitas yang kita lakukan kepada siapa pun dan di mana pun.
3. Kondisikan Hidup Menyenangkan
Beban hidup yang tinggi, masalah yang bertumpuk, dan tanggung jawab yang besar sering menjadi sumber stres. Jika ini terjadi, biasanya akal sehat kita terkalahkan oleh emosi. Jangan putus asa, kondisikan hidup ini menyenangkan. Anggaplah kita sebagai orang yang mampu memecahkan segala masalah dengan bijaksana. Selalulah berpikir bahwa kita ini termasuk orang yang memiliki pribadi yang menyenangkan.
4. Santai
Lakoni hidup ini dengan hal-hal yang menyenangkan dan segarkan pikiran dari hal-hal yang menjemukan. Lepaskan diri dari kepenatan yang melanda. Berusahalah untuk mencuri waktu sejenak guna melenturkan otot saraf yang terasa menegang. Prinsipnya melakukan sesuatu jangan terlalu dipaksakan. Lakukan segala aktivitas secara terencana dan dalam keadaan santai.
5. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan adalah hal yang penting dalam hidup ini. Sehat jasmani dan rohani akan berpengaruh pada kepercayaan diri kita dalam beraktivitas. Hanya orang sehat (jasmani dan rohani) yang mampu berkomunikasi dengan baik. Sehat jasmani tentu sangat didukung oleh pemahaman kita pada pola-pola hidup sehat. Kita senantiasa menjaga keseimbangan makanan. Tidak berlebihan atau tidak kekurangan.
5. lstirahat
Tubuh memiliki keterbatasan daya tahan. Karena itu, jangan pernah meremehkan hak badan (istirahat). Istirahat yang cukup (7-8 jam) akan memberikan kesegaran tubuh. Istirahat adalah salah satu wujud kepedulian dan cinta kita pada diri sendiri. Tanpa ini berarti kita tidak mencintai diri sendiri. Istirahat sangat membantu memulihkan kondisi tubuh dan membantu kita untuk selalu tampil fresh (percaya diri).
6. Sikapi Kegagalan Secara Wajar
Setiap aktivitas yang kita lakukan pasti mengandung risiko (apakah risiko yang menyenangkan atau menyebalkan). Yang agak sulit adalah menghadapi atau menerima kegagalan, sebab terkadang kita tidak siap menerima kegagalan. Bahkan tak jarang ketika kita harus menerima kegagalan seakan kita kehilangan energi untuk menghadapinya. Akibatnya, kita pun sering putus asa, menyerah atau pasrah pada keadaan. Padahal kegagalan adalah hal yang biasa dalam hidup ini clan tentunya juga harus disikapi secara wajar. Yang terpenting adalah setiap kali kita menemukan kegagalan kita mau mengevaluasi diri dan berusaha bangkit dari kegagalan tersebut.
7. Peduli dengan Lingkungan
Menciptakan lingkungan yang kondusif adalah cara yang tepat menghindarkan diri dari munculnya stres. Peduli dengan lingkungan tidak hanya semata-mata menjaga kebersihan tetapi sejauhmana kita mampu menciptakan suasana yang kondusif dalam menunjang prestasi diri. Misalnya, gemar (aktif) melakukan kegiatan sosial atau membantu teman/ orang lain secara suka rela. Kepedulian terhadap lingkungan akan memberikan manfaat yang besar bagi hidup kita. Du-kungan yang besar akan selalu kita peroleh atau dengan kata lain lingkungan menjadi begitu bersahabat dengan kita ketika kita begitu peduli dengan lingkungan.
8. Refreshing
Kehidupan ini yang begitu sarat dengan perubahan terkadang menyisakan persoalan-persoalan yang membutuhkan antisipasi diri. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki manusia menyebabkan kita harus andai-pandai menyiasati keadaan. Bila tidak, kita akan menanggung akibatnya. Letih, lemah, lesu, atau capek dan sebagainya adalah potret diri yang menunjukkan adanya keterbatasan dalam diri kita. Robot saja yang mampu bekerja tanpa henti (dengan kendali remote control) suatu saat akan mengalami penurunan kualitas kemampuan. Kuda pedati yang memiliki tenaga luar biasa juga tidak mampu terus menerus bekerja tanpa henti.

NORMA DAN NILAI DALAM MASYARAKAT

Norma dan Nilai dalam Masyarakat

Dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal istilah norma atau kaidah, yang mempunyai anti suatu nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap, bertindak, dan berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi (Soekanto, 1989).
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran yang beraneka ragam, masing-masing mempunyai kepentingan sendiri, akan tetapi kepentingan bersama itu mengharuskan adanya ketertiban dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk peraturan yang disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku dalam masyarakat, yang disebut peraturan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan dari kepentingan hidup dengan aman, tertib, dan (Jamul tanpa gangguan tersebut, maka diperlukan suatu tata (orde—ordnung), dan tata itu diwujudkan dalam “aturan main” yang menjadi pedoman bagi segala pergaulan kehidupan sehari-hari, sehingga kepentingan masing-masing anggota masyarakat terpelihara dan terjamin.
Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan tata peraturan, dan tata itu lazim disebut kaidah (bahasa Arab), norma (bahasa latin), atau ukuran-ukuran yang menjadi pedoman. Menurut isinya, norma-norma tersebut dibagi menjadi dan macam, yaitu sebagai berikut.
- Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu karena akibatnya akan dipandang baik.
- Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu karena akibatnya akan dipandang tidak baik. Artinya, norma bertujuan untuk memberikan petunjuk kepada manusia mengenai bagaimana seharusnya seseorang bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan dan dihindari (Kansil, 1989).
Norma-norma itu dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi, yaitu berupa ancaman hukuman terhadap siapa yang telah melanggarnya. Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup yang disebut norma, tanpa atau dikenakan sanksi alas pelanggaran, bila seseorang melanggar suatu norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu pelanggaran yang terjadi, misalnya sebagai berikut.
Semestinya taat aturan tidak akan berbicara sambil mengisap rokok di hadapan tamu atau orang yang dihormatinya ketika menerima tamu di rumah, dan sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap tidak sopan walaupun merokok itu tidak dilarang.
- Seorang tamu yang hendak pulang, menurut tata krama harus diantar sampai di muka pintu rumah atau kantor, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap sombong dan tidak menghormati tamunya.
Etika menggunakan telepon rumah
- Menjawab telepon setelah berdering tiga kali dan mengucapkan salam. Jika menjawab telepon dengan kasar, maka sanksinya dianggap “interupsi” yang menunjukkan ketidaksenangan yang tidak sopan dan tidak menghormati si penelepon atau orang yang ada di sekitarnya.
- Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka sanksinya cukup berat dan bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik hukuman pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).
Dalam pergaulan hidup, norma terbagi menjadi empat bagian, yaitu norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum. Dalam pelaksanaannya, terbagi lagi menjadi norma nonhukum (umum) dan norma hukum, pemberlakuan norma-norma itu dalam aspek kehidupan dapat digolongkan ke dalam dua macam kaidah sebagai berikut:
Aspek kehidupan pribadi (individual) meliputi:
- kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan yang beriman.
- kehidupan kesusilaan, nilai moral, dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup pribadi demi tercapainya kesucian hati nurani yang berakhlak berbudi luhur (akhlakul kharimah).
Aspek kehidupan antarpribadi (bermasyarakat) meliputi:
- kaidah atau norma sopan santun, tata krama, dan etiket dalam pergaulan bermasyarakat sehari-hari (pleasant living together);
- kaidah-kaidah hukum yang tertuju pada terciptanya ketertiban, kedamaian, dan keadilan dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat yang penuh dengan kepastian atau ketenteraman (peaceful living together). Sedangkan, masalah norma nonhukum adalah masalah yang cukup penting dan selaniutnya akan dibahas secara lebih luas mengenai kode perilaku dan kode profesi humas seperti nilai-nilai moral, etika, etis, etiket, tata krama dalam pergaulan sosial atau bermasyarakat, sebagai nilai atau aturan yang telah disepakati bersama, dihormati, serta wajib dipatuhi dan ditaati.
Norma moral tersebut tidak akan dipakai untuk menilai seorang perawat ketika merawat kliennya atau dosen dalam menyampaikan materi kuliah terhadap mahasiswanya, melainkan untuk menilai bagaimana—sebagai profesional—menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik sebagai manusia yang berbudi luhur, jujur, bermoral, penuh integritas, dan bertanggung jawab. Terlepas dari mereka sebagai profesional tersebut jujur atau tidak dalam memberikan obat sebagai penyembuhnya, atau metodologi dan keterampilan dalam memberikan bahan kuliah dengan tepat. Dalam hal ini yang ditekankan adalah sikap atau perilaku mereka dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai profesional yang diembannya untuk saling menghargai sesama atau kehidupan manusia.
Pada akhirnya nilai moral, etika, kode perilaku, dan kode etik standar profesi bertujuan memberikan jalan, pedoman, tolok ukur, dan acuan untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang akan dilakukan di berbagai situasi dan kondisi tertentu dalam memberikan pelayanan profesi atau keahliannya masing-masing. Pengambilan keputusan etis atau etik merupakan aspek kompetensi dari perilaku moral sebagai seorang profesional yang telah memperhitungkan konsekuensinya, secara matang baik-buruknya akibat yang ditimbulkan dari tindakannya itu secara objektif, dan sekaligus memiliki tanggung jawab atau integritas yang tinggi. Kode etik profesi dibentuk dan disepakati oleh para profesional tersebut bukanlah ditujukan untuk melindungi kepentingan individual (subjektif), tetapi lebih ditekankan kepada kepentingan yang lebih luas (objektif).

http://amirblogger1991@ymail.com

BENTUK KARYA SASTRA MODERN DAN BENTUK –BENTUK PROSA..


BENTUK KARYA SASTRA MODERN DAN BENTUK –BENTUK PROSA..


Karya sastra modern lahir setelah munculnya pergerakan nasional atau bukan pada zaman kerajaan atau zaman dahulu. Bentuk-bentuk karya sastra modern:
1. Puisi
Unsur instrinsik puisi:
Diksi adalah kata-kata yang harus dipilih seorang penyair dalam menciptakan puisi. Kata-kata tersebut tentu kata yang mengungkapkan perasaan dan keindahan.
Imaji adalah upaya penyair dalam membangkitkan daya khayal pembaca tentang peristiwa atau perasaan yang dialami penyair sehingga pembaca ikut merasakannya.
Majas adalah merupakan pengungkapan bahasa yang dipilih penyair untuk memperjelas maksud. menimbulkan kesegaran, dan menimbulkan kejelasan perasaan atau gambaran angan-angan.
Rima adalah persamaan bunyi dalam puisi yang berfungsi untuk menimbulkan keputusan dan memperjelas maksud.
Irama adalah pergantian turun-naik. panjangpendek. keras-lembut ucapan bunyi bahasa secara teratur dalam puisi.
Unsur ekstrinsik puisi:
Contoh:
Pendidikan pengarang, sejarah pengarang, latar belakang pengarang, dan agama pengarang.
Teknik membaca puisi, antara lain:
- Ucapan dengan gerakan wajar. tidak perlu dibuat-buat.
- Ucapan harus jelas.
Syarat membaca puisi yang baik, yaitu:
- Harus memahami isi puisi.
- Intonasi dan artikulasi tepat.
- Pemberian jeda tekanan pada kata-kata penting.
- Mengeja kata-kata dengan jelas disertai mimik yang sesuai dengan puisi yang disampaikan.
2. Cerpen
Cerpen adalah karangan pendek berbentuk prosa. Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, baik yang mengharukan, menyedihkan. menggembirakan, atau berupa pertikaian dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
Ciri-ciri cerpen:
- Ceritanya fiktif dan aspek cerita yang menimbulkan efek dan kesan tunggal.
- Mengungkapkan masalah yang terbatas pada hal-hal penting saja.
- Menjanjikan peristiwa yang cermat dan jelas.
3. Drama
Drama adalah cerita atau karangan yang menyajikan bentuk perilaku di atas pentas atau penggung yang berupa dialog.
Macam-macam drama:
- Komedi, adalah cerita yang di dalamnya mengandung humor.
- Tragedi, adalah cerita yang di dalamnya mengandung kesusahan.
- Tragedi komedi, adalah cerita yang di dalamnya mengandung humor dan kesusahan silih berganti.
- Opera/musikal. adalah drama yang dilakukan bersama-sama dengan iringan musik.

·         CONTOH PROSA LAMA
Kita dapat membedakan dengan cepat antara puisi dan prosa rekaan dan struktur fisiknya. Yang dapat dilihat secara sepintas dan struktur fisik prosa rekaan adalah pengaturan kata-katanya.
Dalam bentuk tertulis, kata-kata yang terdapat dalam prosa rekaan memenuhi seluruh halaman dan tepi kiri sampai kanan. Kumpulan kata dibentuk menjadi kalimat. Hal ini berbeda dengan puisi. Di dalam puisi, kumpulan kata akan membentuk baris. Kalimat dalam prosa rekaan dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik (.) atau tanda akhir berupa tanda tanya atau tanda seta (? atau !). Kalimat-kalimatnya membentuk paragraf, bukan bait. Kebanyakan paragraf ditulis menjorok ke dalam lima sampai tujuh ketukan, demikian juga dialog antartokohnya.
Dalam bentuk lisan, prosa rekaan lebih banyak berupa cerita. Bentuk ini mempunyai tokoh, jalan cerita, latar cerita, terra, nilai-nilai yang disampaikan yang cukup jelas. Prosa rekaan bisa dibedakan atas prosa lama dan prosa baru (modern).
Prosa Lama
Prosa lama mempunyai bentuk-bentuk sebagai berikut:
1) Hikayat, bentuk sastra lama yang berisi cerita kehidupan para dewa, peri, pangeran atau putri kerajaan, serta raja-raja yang mempunyai kehidupan luar biasa dan gaib.
2) Sejarah atau tiambo, salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah yang pernah terjadi.
3) Dongeng. bentuk sastra lama yang bercerita tentang sesuatu kejadian yang luar biasa dan penuh khavalan, tentang dewa-dewa, peri-peri, putri-putri cantik, dan sebagainya. Fungsi dongeng haruslah sebagai penghibur. Oleh karena itu, dongeng disebut juga cerita pelipur lara.
Prosa Baru (Modern)
Prosa baru merupakan pancaran dari masyarakat baru. Karya-karya prosa yang dihasilkan oleh masyarakat baru Indonesia mulai fleksibel dan bersifat universal; ditulis dan dilukiskan secara lincah serta bisa dinikmati oleh lingkup masyarakat yang lebih luas.
Bentuk-bentuk prosa baru, antara lain sebagai berikut:
1) Roman berisi cerita tentang kehidupan manusia yang dilukiskan seeara terperinci atau detail. Berdasarkan isinya, roman dapat dibagi menjadi roman sejarah, roman sosial, roman jiwa, roman tendens.
2) Cerpen singkatan dari Cerita pendek; adalah karangan pendek yang berbentuk naratif. Cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan manusia yang penuh pertikaian, mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
3) Novel, karangan imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas probematika kehidupan manusia atau beberapa orang tokoh.
4) Otobiografi, berisi kisah cerita tentang pribadi si pengarang sendiri, mengenai pengalaman hidupnya sejak kecil hingga dia dewasa.
5) Biografi, berisi suatu kisah atau cerita tentang pengalaman hidup seseorang dari kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia yang ditulis oleh orang lain.
6) Essay, karangan yang berupa kupasan tentang suatu hasil karya sastra, kesenian, atau bidang kebudayaan yang dilakukan oleh seorang ahli di bidangnya.
7) Kritik: kupasan tentang satu karya sastra, kesenian, serta bidang kebudayaan yang ditulis oleh seorang ahli dengan menekankan pada fakta yang objektif.

amirblogger1991@ymail.com

Jumat, 18 November 2011

TEORI PSIKOLOGI TENTANG PERKEMBANGAN ANAK...

Teori Psikososial tentang Perkembangan

Seperti telah kita kemukakan, perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap — seluruhnya ada delapan tahap menurut jadwal yang dikemukakan Erikson. Empat tahap yang pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan ketiga tahap yang terakhir pada tahun-tahun dewasa dan usia tua. Dalam tulisan-tulisan Erikson, tekanan khusus diletakkan pada masa adolesen karena masa tersebut merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Apa yang terjadi pada tahap ini sangat penting bagi kepribadian dewasa. Identitas, krisis-krisis identitas. dan kekacauan identitas merupakan konsep-konsep Erikson yang sangat terkenal.

Harus dicatat bahwa tahap-tahap yang berurutan itu tidak ditetapkan menurut suatu jadwal kronologis yang ketat. Erikson berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri, karena itu akan menyesatkan kalau ditentukan lama berlangsungnya secara eksak masing-masing untuk setiap tahap. Lagi pula, setiap tahap tidak dilewati dan kemudian ditinggalkan. Sebaliknya masing-masing tahap ikut serta dalam membentuk seluruh kepribadian. Meminjam kata-kata Erikson,

“… apa saja yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk mekar, sampai semua bagian bersama- sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi” (1968, him. 92).

Ini dikenal sebagai prinsip epigehetik (epigenetic principle), suatu istilah yang dipinjam dari ilmu mudigah (embriologi).
Dalam menguraikan kedelapan tahap perkembangan psikososial, kami menghimpun dan mengutip bahan dari empat sumber. Dalam Childhood and Society (1950, 1963), dan kemudian dalam Identity: Youth and Crisis (1968), Erikson membagi tahap- tahap itu berdasarkan kualitas dasar ego yang muncul pada masing-masing tahap. Dalam Insight and Responsibility (1964) ia membicarakan kebajikan-kebajikan atau kekuatan-kekuatan ego yang muncul selama tahap-tahap yang berturutan. Dalam bukunya yang terbaru, Toys and Reasons (1976), ia menguraikan ritualisasi yang khas untuk masing-masing tahap. Ritualisasi yang dimaksudkan Erikson adalah suatu cara serba main-main (play- ful) namun dipolakan oleh kebudayaan dalam mengerjakan atau mengalami sesuatu dalam pergaulan sehari-hari antara individu- individu. Maksud utama ritualisasi-ritualisasi ini ialah menjadi- kan individu yang sedang matang anggota masyarakat yang efektif dan tidak canggung. Sayang, ritualisasi-ritualisasi dapat menjadi kaku dan menyeleweng serta berubah menjadi ritualisme-ritualisme.

I. Kepercayaan Dasar versus Kecurigaan Dasar
Kepercayaan dasar yang paling awal terbentuk selama tahap sensorik-oral dan ditunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman, dan membuang kotoran dengan santai. Setiap hari, manakala jam-jam jaganya meningkat, bayi itu menjadi semakin biasa dengan pengalaman-pengalaman inderawi dan keterbiasaannya ini dibarengi dengan perasaan senang. Situasi-situasi yang menyenangkan dan orang-orang yang bertanggungjawab menimbulkan kenyamanan ini menjadi akrab dan dikenal oleh bayi. Berkat kepercayaan dan keakrabannya dengan orang yang menjalankan fungsi keibuan ini, maka bayi tersebut mampu menerima bahwa orang tersebut mungkin tidak ada untuk sementara waktu. Prestasi sosial pertama yang dicapai bayi tersebut mungkin karena ia mengembangkan suatu kepastian dan kepercayaan dalam dirinya bahwa orang yang bersifat keibuan itu akan kembali. Kebiasaan-kebiasaan, konsistensi, dan kontinuitas sehari-hari dalam lingkungan bayi merupakan dasar paling awal bagi berkembangnya suatu perasaan identitas psikososial. Melalui kontinuitas pengalaman dengan orang-orang dewasa bayi belajar menggantungkan diri dan percaya pada mereka; tetapi mungkin yang lebih penting, ia belajar mempercayai dirinya sendiri. Kepastian semacam itu harus mengungguli lawan negatif dari kepercayaan dasar — yakni, kecurigaan dasar yang, pada pokoknya adalah esensial bagi perkembangan manusia.

Perbandingan yang tepat antara kepercayaan dasar dan kecurigaan dasar mengakibatkan tumbuhnya pengharapan. “Pengharapan merupakan kebajikan paling awal dan paling esensial yang melekat dalam hidup” (1964, hlm. 115). Fondasi pengharapan terletak pada hubungan-hubungan pertama dengan orangtua keibuan dan dapat dipercaya yang responsif terhadap kebutuhan-kebutuhannya, yang memberikan pengalaman-pengalaman sebegitu memuaskan, seperti ketenangan, makanan, dan kehangatan. Semua verifikasi pengharapan berasal dari dunia-ibu dan anak. Melalui sejumlah pengalaman yang terus meningkat di mana pengharapan bayi diverifikasikan, ia memperoleh inspirasi tentang keberpengharapan baru. Pada saat yang sama, ia mengembangkan kemampuan untuk membuang pengharapan-pengharapan yang dikecewakan, dan menemukan pengharapan dalam tujuan-tujuan dan kemungkinan-kemungkinan di masa mendatang. Dia mempelajari pengharapan-pengharapan macam manakah yang terdapat dalam batas-batas kemungkinannya dan mengarahkan pengharapan-pengharapannya selaras dengan batas kemungkinan tersebut. Manakala ia. menjadi dewasa, ia menyadari bahwa pengharapan-pengharapan yang pernah diberi prioritas tinggi kini digantikan dengan serangkaian pengharapan yang bertingkat lebih tinggi atau yang lebih maju. Erikson menyatakan, “Pengharapan adalah keyakinan yang bersifat menetap akan kemungkinan dicapainya hasrat-hasrat kuat, terlepas dari dorongan-dorongan dan kegemaran-kegemaran suram yang menandai permulaan eksistensi” (1964, hlm. 118).

Tahap pertama kehidupan ini, masa bayi, merupakan tahap ritualisasi numinous. Yang dimaksudkan Erikson dengan numinous adalah perasaan bayi akan kehadiran ibu yang bersifat keramat, pandangannya, pegangannya, sentuhannya, senyumannya, teteknya, caranya memanggil dengan nama, pendek kata “pengakuannya” atas dirinya. Interaksi-interaksi yang berulangulang ini bersifat sangat pribadi namun diritualisasikan dalam kebudayaan. Pengakuan ibu terhadap bayi meneguhkan dan meyakinkan bayi serta hubungan timbal baliknya dengan ibu. Tiadanya pengakuan dapat menyebabkan keterasingan dalam kepribadian bayi; sejenis perasaan bahwa is dipisahkan (separation) dan dibuang (abandonment).
Masing-masing tahap awal ini membentuk suatu ritualisasi yang dilanjutkan ke masa kanak-kanak dan menambah ritual- ritual masyarakat. Bentuk ritual numinous yang menyimpang terungkap dalam kehidupan dewasa berupa pemujaan terhadap pahlawan secara berlebih-lebihan atau idolisme.

II. Otonomi versus Perasaan Malu dan Keragu-raguan
Pada tahap kedua kehidupan (tahap muskular-anal dalam skema psikoseksual) anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban-kewajiban dan hak-haknya disertai apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Perjuangan anak terhadap pengalaman-pengalaman baru dan yang lebih berorientasi pada kegiatan, menimbulkan sejenis tuntutan ganda pada anak; tuntutan untuk mengontrol diri sendiri, dan tuntutan untuk menerima kontrol dari orang-orang lain dalam lingkungan. Untuk mengendalikan sifat penuh kemauan anak, orang-orang dewasa akan memanfaatkan kecenderungan universal pada manusia untuk merasa malu; namun mereka akan mendorong anak untuk mengembangkan perasaan otonomi dan akhirnya mandiri. Orang-orang dewasa yang melakukan kontrol juga harus benar-benar bersikap membombong. Anak harus didorong untuk mengalami situasi-situasi yang menuntut otonomi

dalam melakukan pilihan bebas. Penanaman/rasa malu secara berlebihan hanya akan menyebabkan anak tidak memiliki rasa malu atau memaksanya mencoba melarikan diri dari hal-hal dengan berdiam diri, tidak suka berterus terang, dan serta bertindak dengan diam-diam. Inilah tahap saat berkembangnya kebebasan pengungkapan — diri dan sifat penuh kasih sayang. Rasa mampu mengendalikan diri akan menimbulkan dalam diri anak rasa memiliki kemauan baik dan bangga yang bersifat menetap; sebaliknya rasa kehilangan kontrol-diri dapat menyebabkan perasaan malu dan ragu-ragu yang bersifat menetap.

Nilai kemauan muncul pada tahap kedua kehidupan ini. Kemauan-diri yang terlatih dan contoh kemauan luhur yang diperlihatkan oleh orang-orang lain merupakan dua sumber dari mana nilai kemauan berkembang. Anak belajar dari dirinya sendiri dan dari orang-orang lain apa yang diharapkan dan apa yang boleh diharapkan. Kemauan menyebabkan anak secara bertahap mampu meneri ma peraturan huk um dan kewajiban. Unsur-unsur kemauan bertambah secara berangsur-angsur melalui pengalaman-pengalaman yang melibatkan kesadaran dan perhatian, manipulasi, verbalisasi, dan lokomosi atau gerak. Kemauan adalah kemampuan untuk membuat pilihan-pilihan bebas, memutuskan, melatih mengendalikan diri, dan bertindak, yang terus meningkat.

Erikson menyebut ritualisasi tahap ini sifat bijaksana (judicious), karena anak mulai menilai dirinya sendiri dan orangorang lain serta membedakan antara benar dan salah. Ia mengembangkan kemampuan menghayati suatu rasa benar atau salah pada tindakan-tindakan dan kata-kata tertentu, yang menyiapkan kemampuan untuk mengalami perasaan bersalah dalam tahap berikutnya. Anak juga belajar membedakan antara “jenis kami” (our kind) dan orang-orang lain yang dinilai berbeda; karena itu orang-orang lain yang tidak sama dengan jenisnya sendiri secara otomatis dinilai salah atau buruk. Ini merupakan dasar ontogenetik dari keterasingan yang melanda seluruh dunia yang disebut spesies yang terpecah ( divided species). Dalam tulisan-tulisan lain, Erikson menyebut ini pseudospesies, yakni sumber prasangka di dalam diri manusia.

Periode ritualisasi sifat bijaksana dalam masa kanak-kanak ini dalam siklus kehidupan merupakan sumber ritual pengadilan pada masa dewasa yang tercermin dalam pemeriksaan di ruang pengadilan dan prosedur-prosedur dengan mana putusan salah atau tak bersalah ditetapkan. Penyimpangan ritualisme pada tahap ini adalah legalisme, yakni pengagungan huruf-huruf ketentuan hukum daripada semangatnya, pengutamaan hukuman daripada belas kasih. Orang yang legalistik mendapatkan kepuasan melihat orang yang di-nyatakan bersalah dihukum dan direndahkan, terlepas apakah hal itu merupakan tujuan hukum atau bukan.

III. Inisiatif versus Kesalahan
Tahap psikososial ketiga, yang setara dengan tahap lokomotor-genital dalam psikoseksualitas, ialah tahap inisiatif, suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih “seimbang” secara fisik maupun kejiwaan. Inisiatif bersama-sama dengan otonomi memberikan kepada anak suatu kualitas sifat mengejar, merencanakan, serta kebulatan tekad dalam menyelesaikan tugas-tugas dan meraih tujuan-tujuan. Bahaya dari tahap ini adalah perasaan bersalah yang dapat menghantui anak karena terlampau bergairah memikirkan tujuan-tujuan, termasuk fantasi-fantasi genital, menggunakan cara-cara agresif serta manipulatif untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Anak mulai ingin sekali belajar, dan mampu belajar dengan baik pada usia ini; ia berjuang untuk tumbuh dalam arti melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menunjukkan prestasi-prestasi.

Tujuan adalah nilai yang menonjol pada tahap perkembangan ini. Kegiatan utama anak dalam tahap ini adalah bermain, dan tujuan tumbuh dari kegiatan bermainnya, eksplorasi-eksplorasinya, usaha-usaha dan kegagalan-kegagalannya, serta eksperimentasinya dengan alat-alat permainannya. Di samping permainan-permainan fisik, ia melakukan juga permainan-permainan kejiwaan dengan memerankan peranan orangtua dan orang-orang dewasa lain dalam suatu permainan khayalan. Dengan meniru gambaran-gambaran orang dewasa ini sedikit banyak anak mengalami bagaimana rasanya menjadi seperti mereka. Permainan memberikan kepada anak sejenis kenyataan perantara; ia bisa belajar tentang tujuan benda-benda, hubungan antara dunia dalam dan dunia luar, dan bagaimana ingatan-ingatan masa lampau bisa diterapkan pada tujuan-tujuan masa depan. Dengan demikian, permainan yang bersifat khayalan dan bebas sangat penting bagi perkembangan anak. “Maka, tujuan adalah keberanian untuk merumuskan dan mengejar tujuan-tujuan yang bernilai yang bebas dari hambatan fantasi-fantasi kanak-kanak, rasa bersalah dan ketakutan akan hukuman” (1964, hlm. 122).

Masa bermain ini bercirikan ritualisasi dramatik. Anak secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan bermain, memakai pakaian, meniru kepribadian-kepribadian orang dewasa, dan berpura-pura menjadi apa saja mulai dari seekor anjing sampai seorang astronot. Tahap ritualisasi awal ini, memberikan unsur dramatik dalam ritual-ritual (misalnya drama yang pada dasarnya merupakan suatu ritual) sepanjang sisa hidup anak. Keterasingan batin yang dapat timbul pada tahap masa kanak-kanak ini ialah suatu perasaan bersalah.

Padanan negatif ritualisasi dramatik adalah ritualisme impersonasi sepanjang hidup. Seorang dewasa memainkan peranan-peranan atau melakukan tindakan-tindakan untuk menampilkan suatu gambaran yang tidak mencerminkan kepribadiannya yang sejati.

IV. Kerajinan versus Inferioritas
Pada tahap keempat dalam proses epigenetik ini (dalam skema Freud, periode laten) anak harus belajar mengontrol imajinasinya yang sangat kaya, dan mulai menempuh pendidikan formal. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan. Perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-angsur digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif dan alat-alat serta perkakas-perkakas yang dipakai untuk bekerja. Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak berhasil (atau menjadi merasa demikian) menguasai tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru-guru dan orangtuanya.

Nilai kompetensi muncul pada tahap kerajinan ini. Nilai-nilai dari tahap-tahap sebelumnya (pengharapan, kemauan, dan tujuan) memberikan kepada anak suatu gambaran tentang tugas-tugas di masa mendatang, meskipun belum sangat spesifik. Kini anak membutuhkan pengajaran spesifik tentang metode-metode fundamental agar bisa menyesuaikan diri dengan gaya kehidupan teknis. la siap dan punya kemauan untuk mempelajari dan memakai perkakas-perkakas, mesin-mesin, serta metode-metode sebagai persiapan ke arah pekerjaan orang dewasa. Segera setelah ia mengembangkan kecerdasan dan kapasitas-kapasitas secukupnya untuk bekerja, penting bahwa ia menerjunkan diri pada pekerjaan ini untuk mencegah timbulnya perasaan inferioritas dan regresi ego. Dalam arti ini, pekerjaan meliputi banyak dan beraneka macam bentuk, seperti pergi ke sekolah, melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, memikul berbagai tanggungjawab, belajar musik, mempelajari aneka pekerjaan tangan, dan ikut dalam permainan-permainan dan olah raga-olah raga yang membutuhkan ketrampilan. Yang penting adalah bahwa anak harus menggunakan kecerdasan dan energinya yang melimpah untuk aktivitas dan tujuan tertentu.

Rasa kompetensi dicapai dengan meneijunkan diri pada pekerjaan dan penyelesaian tugas-tugas, yang pada akhirnya mengembangkan kecakapan kerja. Asas-asas kompetensi mempersiapkan anak pada suatu perasaan cakap bekerja di masa mendatang; tanpa itu anak akan merasa rendah diri. Selama usia ini, anak ingin sekali mempelajari teknik-teknik produktivitas. “Maka, kompetensi merupakan penggunaan ketrampilan dan kecerdasan untuk menyelesaikan tugas-tugas, yang tidak terhambat oleh perasaan rendah diri serba kekanak-kanakan” (1964, hlm. 124).
Usia sekolah merupakan tahap ritualisasi formal, masa anak belajar bekerja secara metodis. Mengamati dan mempelajari metode-metode kerja memberikan kepada anak suatu rasa memiliki kualitas berupa ketrampilan dan kesempurnaan. Apa saja yang dilakukan oleh anak — entah ketrampilan-ketrampilan di sekolah atau tugas-tugas di rumah — akan dikerjakannya dengan baik.
Penyimpangan ritualismenya di masa dewasa ialah formalisme, berwujud pengulangan formalitas-formalitas yang tidak berarti dan ritual-ritual kosong.

V. Identitas versus Kekacauan Identitas
Selama masa adolesen, individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau bersifat memperbaharui. Sang pribadi mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang dikejarnya di masa depan, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin menjadi apakah ia di masa yang akan datang. Inilah masa untuk membuat rencana-rencana karier.

Daya penggerak batin dalam rangka pembentukan identitas ialah ego dalam aspek-aspeknya yang sadar maupun tak sadar. Pada tahap ini ego memiliki kapasitas untuk memilih dan mengintegrasikan bakat-bakat, kemampuan-kemampuan, dan ketrampilan-ketrampilan dalam melakukan identifikasi dengan orang-orang yang sependapat, dan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan sosial, serta menjaga pertahanan-pertahanannya terhadap berbagai ancaman dan kecemasan, karena ia telah mampu memutuskan impuls-impuls, kebutuhan-kebutuhan, dan perananperanan manakah yang paling cocok dan efektif. Semua ciri yang dipilih oleh ego ini dihimpun dan diintegrasikan oleh ego serta membentuk identitas psikososial seseorang.

Karena peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap perubahan sosial dan historis di lain pihak, maka selama tahap pembentukan identitas seorang remaja, mungkin merasakan penderitaan paling dalam dibandingkan pada masa-masa lain akibat kekacauan peranan-peranan atau kekacauan identitas. Keadaan ini dapat menyebabkan orang merasa terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang. Remaja merasa bahwa ia harus membuat keputusan-keputusan penting tetapi belum sanggup melakukannya. Para remaja mungkin merasa bahwa masyarakat memaksa mereka untuk membuat keputusan-keputusan, sehingga mereka justru menjadi semakin menentang. Mereka sangat peka terhadap cara orang-orang lain memandang mereka, dan menjadi mudah tersinggung dan merasa malu.

Selama kekacauan identitas, remaja mungkin merasa bahwa ia mundur bukannya maju, dan, pada kenyataannya suatu kemunduran periodis ke sifat kanak-kanak kiranya merupakan suatu alternatif menyenangkan terhadap keterlibatan kompleks dalam masyarakat orang dewasa yang dituntut darinya. Tingkah laku remaja tidak konsisten dan tidak dapat diprediksikan selama masa kacau ini. Pada suatu saat ia menutup diri terhadap siapa pun karena takut ditolak, dikecewakan, atau disesatkan. Pada saat berikutnya ia mungkin ingin menjadi pengikut, pencinta, atau murid, dengan tidak menghiraukan konsekuensi-konsekuensi dari komitmennya itu.

Istilah krisis identitas menunjuk pada perlunya mengatasi kegagalan yang bersifat sementara itu untuk selanjutnya membentuk suatu identitas yang stabil, atau sebaliknya suatu kekacauan peranan. Masing-masing tahap yang berturut-turut itu, pada kenyataannya, “merupakan suatu potensi krisis disebabkan karena terjadinya perubahan yang radikal dalam perspektif’ (1968, hlm. 96). Akan tetapi agaknya secara istimewa krisis identitas adalah berbahaya karena seluruh masa depan individu generasi berikutnya sepertinya tergantung pada penyelesaian krisis ini.

Yang juga sangat mengganggu adalah berkembangnya identitas negatif, yakni perasaan memiliki sekumpulan sifat yang secara potensial buruk atau tidak berharga. Cara yang sangat lazim dipakai orang untuk mengatasi identitas negatif ialah memproyeksikan sifat-sifat yang buruk itu kepada orang-orang lain. “Merekalah yang buruk, bukan saya.” Proyeksi serupa itu dapat mengakibatkan banyak patologi sosial termasuk prasangka dan kejahatan, serta diskriminasi terhadap berbagai kelompok orang,

Keterasingan yang disebabkan karena tidak dimilikinya suatu ideologi yang terintegrasi adalah kekacauan identitas. Penyimpangan ritualisasi ideologi yang mungkin terjadi adalah totalisme. Totalisme ialah preokupasi fanatik dan eksklusif dengan apa yang kelihatannya sungguh-sungguh benar atau ideal.

VI. Keintiman versus Isolasi
Dalam tahap ini, orang-orang dewasa awal (young adults) siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang-orang lain. Mereka mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dan persaudaraan, serta siap mengembangankan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini meskipun mereka mungkin harus berkorban. Sekarang untuk pertama kalinya dalam kehidupan mereka, anak-anak muda itu dapat mengembangkan genitalitas (genitality) seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap sebelumnya terbatas pada menemukan identitas seksual dan berjuang menjalin hubungan-hubungan akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang bersifat menetap maka genitalitas membutuhkan seseorang untuk dicintai dan diajak mengadakan hubungan-hubungan seksual, dan dengan siapa seseorang dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Bahaya pada tahap keintiman ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari hubungan karena orang tidak mau melibatkan diri dalam keintiman. Suatu perasaan isolasi yang bersifat sementara memang perlu membuat pilihan-pilihan, tetapi, tentu saja, juga dapat menimbulkan masalah-masalah kepribadian berat.

Nilai cinta muncul selama tahap perkembangan keintiman. Nilai dominan yang bersifat universal ini, yakni cinta, muncul dalam banyak bentuk selama tahap-tahap sebelumnya, mulai dengan cinta bayi terhadap ibunya, kemudian cinta birahi pada remaja, dan akhirnya cinta yang diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang-orang lain pada orang dewasa. Meskipun cinta sudah nampak dalam tahap-tahap sebelumnya, namun perkembangan keintiman yang sejati hanya muncul setelah menginjak usia remaja. Orang-orang dewasa awal kini mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama di mana mereka saling berbagi hidup dengan seorang mitra yang intim. Erikson menulis, “Maka, cinta adalah pengabdian timbal balik yang mengalahkan antagonisme-antagonisme yang melekat dalam fungsi yang terpecah” (1964, hlm. 129). Meskipun identitas individual seseorang dipertahankan dalam suatu hubungan keintiman bersama, namun kekuatan egonya tergantung pada kesiapan mitranya untuk berbagi peran dalam membesarkan anak-anak, berbagi produktivitas, dan berbagi pandangan tentang hubungan mereka.

Ritualisasi pada tahap ini ialah afiliatif, yakni berbagi bersama dalam pekerjaan, persahabatan, dan cinta. Ritualismenya, yakni elitisme, terungkapkan lewat dengan pembentukan kelompok-kelompok eksklusif yang merupakan suatu bentuk narsisisme komunal.

VII. Generativitas versus Stagnasi
Ciri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan — keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya — serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi-generasi mendatang. Transmisi nilai-nilai sosial ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian. Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur, dan mengalami pemiskinan serta stagnasi.

Nilai pemeliharaan (care) berkembang dalam tahap ini. Pemeliharaan terungkap dalam kepedulian seseorang pada orang-orang lain, dalam keinginan memberikan perhatian pada mereka yang membutuhkannya serta berbagi dan membagi pengetahuan dan pengalaman dengan mereka. Ini tercapai lewat kegiatan membesarkan anak dan mengajar, memberi contoh, dan mengawasi. Manusia sebagai suatu spesies memiliki kebutuhan inheren untuk mengajar, suatu kebutuhan yang dimiliki oleh semua orang dalam setiap bidang pekerjaan. Manusia mencapai kepuasan dan pemenuhan dengan mengajar anak-anak, orang-orang dewasa, bawahan-bawahan, bahkan binatang-binatang. Fakta-fakta, logika, dan kebenaran-kebenaran terpelihara dari generasi ke generasi berkat semangat mengajar ini. Aktivitas memelihara dan mengajar menjamin kelangsungan hidup kebudayaan, lewat pengulangan atas adat-istiadat, ritual-ritual, dan legenda-legendanya. Kemajuan setiap kebudayaan ada di tangan orang-orang yang memiliki cukup kerelaan untuk mengajar dan menjalani kehidupan yang patut dicontoh. Aktivitas mengajar juga menumbuhkan dalam diri manusia suatu perasaan vital bahwa mereka dibutuhkan oleh orang-orang lain, suatu perasaan bahwa diri mereka berarti, yang membuat mereka tidak terlalu asyik dan terbenam dalam diri mereka sendiri. Selama masa kehidupan seseorang banyak pengalaman dan pengetahuan berhasil dikumpulkan, seperti pendidikan, cinta, pekerjaan, filsafat, dan gaya hidup. Semua aspek kehidupan ini harus dipelihara dan dilindungi, sebab semua itu merupakan pengalaman-pengalaman yang berharga. Pengalaman-pengalaman ini dipelihara dengan cara diteruskan dan diberikan kepada orang-orang lain.

AMIRBLOGGER1991@YMAIL.COM

Jumat, 11 November 2011

PROSES PEMBEBANAN DAN PERILAKU BIAYA DAN PEMBEBANAN BIAYA V.AMIR HAMZAH TR



          DEFINISI, PROSES PEMBEBANAN DAN PERILAKU BIAYA
PEMBEBANAN BIAYA
     Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggang, dan obyek lain yang merupakan 
kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan dari sistem informasi manajemen.  Oleh 
karena itu keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi, 
yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. 
Biaya
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan 
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau masa yang akan datang bagi 
organisasi.  Ekuivalen kas artinya sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang 
diinginkan. 
     Dalam usaha menghasilkan manfaat saat ini dan masa yang akan datang, manajer 
harus melakukan berbaga i usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam
mencapai manfaat tersebut. Mengurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan berarti 
perusahaan menjadi lebih efisien.  Akan tetapi, biaya tidak hanya harus ditekan, tetapi harus 
dikelola secara strategis.
    Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang.  Manfaat 
(bagi perusahaan yang berorientasi laba / profit oriented) berarti pendapatan. Jika biaya telah 
dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan 
kadaluarsa  (expire).   Biaya yang sudah kadaluwarsa disebut beban (expense). Di setiap
periode, beban akan dikurangkan dari pendapatan dalam laporan laba rugi, untuk menentukan 
laba periode tersebut.  Sedangkan biaya yang belum kadaluwarsa disebut sebagai  cost, yang 
akan dilaporkan dalam laporan neraca.
   OBYEK WISATA
    Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya
kepada entitas, yang disebut obyek biaya.  Obyek biaya dapat berupa apapun, seperti produk, 
pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan sebagainya, yang diukur biayanya dan
dibebankan. 
    Dalam akuntansi manajemen maju, Aktivitas muncul sebagai obyek biaya yang
penting.  Aktivitas adalah orang-orang dan/atau peralatan yang melakukan kerja bagi orang 
lain.  Oleh karena itu aktivitas adalah unit dasar kerja yang dilakukan dalam sebuah
organisasi, dan dapat juga digambarkan sebagai pengumpulan tindakan dalam suatu
organisasi yang berguna bagi para manajer untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan Hand out Akuntansi Manajemen: Definisi, Proses Pembebanan dan perilaku Biaya
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 2
pengambilan keputusan. Aktivitas tidak hanya bertindak sebagai obyek biaya, tapi juga
memiliki peran utama dalam pembebanan biaya untuk obyek biaya lainnya. 
Keakuratan Pembebanan
Pembebanan biaya secara akurat ke obyek biaya sangatlah penting. Keakuratan 
adalah suatu konsep relatif, dan harus dilakukan dengan wajar serta logis terhadap
penggunaan metode pembebanan biaya. Pembebanan biaya yang terdistorsi dapat
menghasilkan keputusan yang salah dan evaluasi yang buruk. 
Ketertelusuran (traceability)
     Untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya, maka hubungan
antara biaya dan obyek biaya harus digali.  Biaya dapat secara langsung atau tidak langsung 
berkaitan dengan obyek biaya. Biaya tidak langsung  (indirect cost) adalah biaya yang tidak 
mudah dan akurat dilacak sebagai obyek biaya.  Biaya langsung  (direct cost) adalah biaya 
yang dengan mudah dan akurat ditelusur sebagai obyek biaya.  “Ditelusur dengan mudah” 
memiliki arti bahwa biaya dapat dibebankan dengan layak secara ekonomi, “dilacak dengan 
akurat” memiliki arti bahwa bia ya dapat dibebankan dengan menggunakan hubungan sebab 
akibat.  Jadi ketertelusuran adalah kemampuan untuk membebankan biaya ke obyek biaya 
dengan cara yang layak secara ekonomi berdasarkan hubungan sebab akibat. 
Metode Penelusuran
    Penelusuran  adalah pembebanan aktual biaya ke obyek biaya, dengan
menggunakan ukuran yang dapat diamati atas sumber daya yang dikonsumsi oleh obyek 
biaya. Penelusuran biaya ke obyek biaya dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara berikut 
ini: (1) penelusuran langsung, atau (2) penelusuran penggerak. Penelusuran langsung adalah 
suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik 
dengan suatu obyek. 
Penelusuran penggerak adalah penggunaan penggerak untuk membebani biaya ke 
obyek biaya.  Penggerak adalah faktor penyebab yang dapat diamati dan yang mengukur 
konsumsi sumber daya obyek biaya. Oleh karena itu, penggerak adalah faktor yang
menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya, dan memiliki hubungan sebab 
akibat dengan biaya yang berhubungan dengan obyek biaya.
Membebankan Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan ke obyekobyek biaya, baik dengan menggunakan penelusuran langsung atau penggerak. Hal ini berarti Hand out Akuntansi Manajemen: Definisi, Proses Pembebanan dan perilaku Biaya.
bahwa tidak ada hubungan  sebab akibat antara biaya dan obyek biaya, atau penelusuran tidak 
layak dilakukan secara ekonomis. Pembebanan biaya tidak langsung ke obyek biaya disebut 
alokasi.  Oleh karena tidak terdapat hubungan sebab akibat, pengalokasian biaya tidak
langsung didasarkan pada kemudahan  atau beberapa asumsi yang berhubungan.
Metode Pembebanan Biaya
        BIAYA PRODUK DAN JASA
Dua jenis keluaran (output) organisasi, yaitu: produk berwujud dan jasa. Jasa
berbeda dengan produk berwujud dalam empat dimensi penting, yaitu: ketidakberwujudan
(intangibility), tidak tahan lama  (perishability), tidak dapat dipisahkan  (inseparabaility), dan
heterogenitas  (heterogenity).  Sedangkan organisasi yang membuat produk berwujud disebut
organisasi manufaktur, dan organisasi yang memproduksi produk tidak berwujud  disebut
orgsanisasi jasa.
Manajer organisasi manufaktur maupun organisasi jasa perlu mengetahui besar
biaya setiap produk. Biaya produk yang akurat adalah penting untuk analisis tingkat laba dan
untuk keputusan strategi yang berkenaan dengan perancangan produk, penetapan harga, serta
bauran produk.
Arti dari biaya produk tergantung pada tujuan manajerial yang sedang berusaha
dicapai. Ini sesuai dengan istilah: “Biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda  (different
cost for different purpose). Contoh 1: Pihak manajemen tertarik dengan analisis tingkat laba
strategis.  Untuk mendukung tujuan ini, manajemen memerlukan informasi tentang semua
pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk.  Pada kasus ini, rantai nilai
biaya produk telah sesuai, karena memperhitungkan semua biaya yang diperlukan untuk
menilai tingkat laba strategis.  Rantai nilai perusahaan adalah seperangkat aktivitas yang
dibutuhkan untuk merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan,
mendistribusikan, dan melayani produk. Contoh 2: Tujuan manajerial adalah jangka pendek
Biaya Sumber Daya
Penelusuran
Penggerak
Penelusuran  Alokasi
Langsung
Pengamatan
Fisik
Hubungan
Sebab Akibat
Asumsi
Hubungan
Obyek BiayaHand out Akuntansi Manajemen: Definisi, Proses Pembebanan dan perilaku Biaya
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 4
atau analisis tingkat biaya taktis. Pada kasus ini, biaya perancangan dan pengembangan
mungkin tidak relevan, khususnya untuk produk yang telah ada. Contoh 3: Tujuan manajerial
adalah penyusunan laporan keuangan eksternal. Dalam kasus ini biaya produk tradisional
diperlukan. Peraturan dan ketentuan yang mengatur laporan keuangan eksternal menyatakan
bahwa hanya harga pokok produksi yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya produk.
Biaya Produk dan Pelaporan Keuangan Eksternal
Salah satu tujuan utama sistem manajemen biaya adalah perhitungan biaya produk
untuk pelaporan keuangan eksternal.  Untuk tujuan perhitungsan biaya produk, kesepakatan
yang berlaku secara eksternal menyatakan bahwa biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan
khusus atau fungsi- fungsi, yang hendak mereka capai. Biaya dikelompokkan ke dalam dua
kategori fungsional utama: produksi dan nonproduksi.
Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan
penyediaan jasa. Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan,
pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Biaya
pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggang biasa ditempatkan dalam satu kategori yaitu
biaya penjualan. Biaya perancangan, pengembangan, dan administrasi umum ditempatkan
dalam kategori biaya administrasi.
Biaya produksi  (biaya manufaktur) dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai biaya
bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead. Hanya tiga unsur biaya ini yang dapat
dibebankan ke produk dalam pelaporan eksternal.
Biaya produksi seringkali dibedakan menjadi dua yaitu biaya utama dan biaya
konversi. Biaya utama  (prime cost) adalah jumlah biaya bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung. Biaya konversi adalah jumlah biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead.  Pada perusahaan manufaktur, biaya konversi dapat diinterpretasikan sebagai biaya
mengubah bahan baku menjadi produk akhir.
     PERILAKU BIAYA
Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah
seiring dengan perubahan output. Kemungkinan yang paling sederhana mengenai reaksi biaya
terhadap perubahan output adalah biaya tetap, biaya variabel dan biaya campuran.
Biaya tetap adalah suatu biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang
yang relevan ketika output aktivitas berubah. Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah
total bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output. Biaya campuran adalah biaya
yang memiliki komponen tetap dan variabel.Hand out Akuntansi Manajemen: Definisi, Proses Pembebanan dan perilaku Biaya
Mengklasifikasikan Biaya Sesuai dengan Perilaku
Dalam menilai perilaku biaya, pertama-tama harus dipertimbangkan batasan waktu,
kemudian harus diidentifikasikan sumber-sumber daya yang dibutuhkan dan output aktivitas.
Terakhir harus diukur input dan output, dan ditentukan pengaruh perubahan output pada biaya
aktivitas.
Batasan waktu, menentukan apakah suatu biaya merupakan biaya tetap atau
variabelbergantung pada batasan waktu. Menurut ilmu ekonomi, dalam jangka panjang,
semua biasya adalah variabel; dalam jangka pendek, paling tidak satu biaya adalah tetap.
Metode-metode untuk Memisahkan Biaya Campuran ke dalam Komponenkomponen Tetap dan Variabel.
Ada tiga metode yang digunakan secara luas untuk memisahkan biaya campuran
menjadi komponen tetap dan variabel, yaitu: metode tinggi rendah, metode  scatterplot,  dan
metode kuadrat terkecil. Masing-masing metode menggunakan asumsi hubunga n biaya linear.








http://amirpendidikan1991.blogspot.com

PERANAN SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN V.AMIR HAMZAH TR


A. PERANAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN

  Sistem Informasi Akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang
menghasilkan keluaran (outout) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai
proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen. Proses dapat
dideskripsikan melalui berbagai kegiatan seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan,
analisis, pelaporan, dan pengelolaan informasi. Keluaran mencakup laporan khusus, harga
pokok produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja, dan komunikasi personal.
Model Operasional: Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Sistem informasi akuntansi manajemen tidak terikat oleh suatu kriteria formal
yang menjelaskan sifat dari masukan, proses dan keluarannya. Kriteria tersebut fleksibel
dan berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai manajemen.
      Tujuan umum sistem akuntansi manajemen:
1. Menyediakan informasi yang diperlukan dalam penghitungan harga pokok jasa,
produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
2. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian,
pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
      Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mengidentifikasi suatu masalah,
menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Jadi informasi akuntansi manajemen
dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan.

  1.  Proses Manajemen
  2. Proses manajemen (management process) didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:

        Perencanaan, Pengendalian, dan Pengambilan Keputusan.

  1. Masukan Proses Keluaran
  2. Pengumpulan
  3. Pengukuran
  4. Penyimpanan
  5. Analisis
  6. Pelaporan
  7. Pengelolaan
  8. Laporan khusus
  9. Harga Pokok Produk
  10. Biaya Pelanggan
  11. Laporan Kinerja
  12. Komunikasi Personal
  13. Peristiwa Ekonomi

Perencanaan adalah formulasi terinci dari kegiatan untuk mencapai suatu tujuan akhir
tertentu. Oleh sebab itu, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi
metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengendalian adalah kegiatan memonitor pelaksanaan rencana dan tindakan korektif
sesuai kebutuhan untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana seharusnya.
Pengendalian biasanya dicapai dengan menggunakan suatu umpan balik (feedback).
Umpan balik adalah informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi atau
memperbaiki langkah- langkah yang dilakukan dalam mengimplementasikan suatu rencana.
Berdasarkan umpan balik, manajer atau pekerja dapat memutuskan untuk membiarkan
pelaksanaan tersebut berlangsung, mengambil beberapa jenis tindakan korektif agar
langkah yang diambil sesuai dengan rencana awalnya, atau melakukan perencanaan ulang
di tengah proses pelaksanaan. Informasi umpan balik disediakan oleh informasi akuntansi
manajemen.
Pengambilan Keputusan adalah proses pemilihan di antara berbagai alternatif. Fungsi
manajerial pengambilan keputusan ini merupakan jalinan antara perencanaan dan
pengendalian. Manajer tidak dapat membuat rencana tanpa pengambilan keputusan.
Manajer harus memilih satu di antara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan
tujuan yang dipilih.
Keputusan dapat ditingkatkan kualitasnya jika informasi alternatif-alternatif dikumpulkan
dan disajikan kepada para ma najer. Salah satu peran utama sistem informasi akuntansi
manajemen adalah menyediakan informasi yang memudahkan proses pengambilan
keputusan.
             AKUNTANSI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI KEUANGAN
     Dua subsistem informasi akuntansi yaitu: Sistem Informasi Akuntansi
 Manajemen dan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan. Kedua subsistem akuntansi ini
berbeda tujuannya, sifat masukannya, dan jenis proses yang dipergunakan untuk mengubah
masukan (input) menjadi keluaran (output).
Sistem Informasi Akuntansi Keuangan berhubungan terutama dengan penyediaan
keluaran bagi pengguna eksternal. Sistem akuntansi keuangan menggunakan kegiatan
ekonomi sebagai masukan dan memprosesnya sampai memenuhi aturan dan ketentuan
tertentu. Dalam akuntansi keuangan sifat masukan dan aturan, serta ketentuan yang
mengatur berbagai proses, didefinisikan oleh SEC (Securities Exchange Commission) dan
FASB (Financial Accounting Standards Board). Di Indonesia Bapepam dan PSAK yang
dikeluarkan oleh IAI. Tujuannya adalah untuk menyusun laporan eksternal (laporan
keuangan) bagi investor, lembaga pemerintah, dan pengguna eksternal lainnya.Hand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 3
Sistem akuntansi manajemen menghasilkan informasi untuk pengguna internal,
seperti manajer, eksekutif, dan pekerja. Secara spesifik, akuntansi manajemen
mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi
yang bermanfaat bagi pengguna internal dalam merencanakan, mengendalikan, dan
membuat keputusan.
Beberapa perbedaan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
  1. Pengguna (target user). Akuntansi manajemen berfokus pada penyediaan
informasi kepada pengguna internal, sedangkan akuntansi keuangan memiliki
fokus pada penyediaan informasi bagi pengguna eksternal.
   2. Pembatasan pada masukan dan proses. Akuntansi manajemen tidak tergantung
pada prinsip-prinsip akuntansi, sedangkan masukan dan proses pada akuntansi
keuangan harus jelas dan terbatas, yaitu tunduk pada prinsip akuntansi yang
berlaku umum (PABU)
     3. Jenis informasi. Pembatasan dalam akuntansi keuangan cenderung menghasilkan
informasi keuangan yang obyektif dan dapat diverifikasi. dalam akuntansi
manajemen, informasi dapat berupa informasi keuangan dan non-keuangan serta
dapat bersifat lebih subyektif.
      4. Orientasi waktu. Akuntansi keuangan memiliki orientasi historis, fungsinya
adalah mencatat dan melaporkan kegiatan-kegiatan yang telah terjadi. Walaupun
akuntansi manajemen juga mencatat dan melaporkan kejadian-kejadian yang telah
terjadi, akuntansi manajemen lebih menekankan pada penyediaan informasi
kegiatan-kegiatan di masa mendatang.
  5. Tingkat agregasi. Akuntansi manajemen menyediakan ukuran dan laporan
internal yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, lini produk,
departemen, dan manajer. Intinya, informasi yang sangat terinci dibutuhkan dan
disediakan. Akuntansi keuangan, memfokuskan pada kinerja perusahaan secara
keseluruhan, dan memberikan sudut pandang yang lebih agregat.
    6. Keluasan. Akuntansi manajemen jauh lebih luas daripada akuntansi keuangan.
Akuntansi manajemen meliputi aspek-aspek ekonomi manajerial, rekayasa industri
(industrial reengineering), ilmu manajemen, dan juga bidang-bidang lainnya.
     TIPE INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN
Informasi akuntansi manajemen dapat dihubungkan dengan tiga hal: obyek informasi
(produk, departemen, aktivitas), alternatif yang akan dipilih, dan wewenang manajer. Oleh
karena itu informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi tiga tipe informasi:
   1. Informasi akuntansi penuh (Full Accounting Information).Hand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
    2. Informasi akuntansi diferensial (Differential Accounting Information).
    3. Informasi akuntansi pertanggungjawaban (Responbility Accounting Information).
     MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN
Informasi Akuntansi Penuh
Informasi akuntansi penuh mencakup informasi masa lalu maupun informasi
masa yang akan datang. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa lalu
bermanfaat untuk: pelaporan informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak
luar perusahaan, analisis kemampuan menghasilkan laba, pemberian jawaban atas
pertanyaan “berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu”, dan penentuan harga jual
dalam cost type contract.
Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa yang akan datang
bermanfaat untuk: penyusunan program, penentuan harga jual normal, penentuan harga
transfer, dan penentuan harga jual yang diatur oleh pemerintah.
Informasi Akuntansi Diferensial
Informasi akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva,
pendapatan, dan/atau biaya dalam alternatif tindakan yang lain.Informasi akuntansi
diferensial mempunyai dua unsur pokok: merupakan informasi masa yang akan datang dan
berbeda di antara alternatif yang dihadapi oleh pengambil keputusan. Informasi akuntansi
diferensial yang hanya bersangkutan dengan biaya disebut biaya diferensial (differential
costs), yang hanya bersangkutan dengan pendapatan disebut dengan pendapatan diferensial
(differential revenue), dan yang bersangkutan dengan aktiva disebut aktiva diferensial
(differential assets).
Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva,
pendapatan, dan/atau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawan
atas pusat pertanggungjawaban tertentu. Informasi akuntansi pertanggungjawaban
merupakan informasi yang penting dalam proses pengendalian manajemen karena
informasi tersebut menenkankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer
yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan pelaksanaannya. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban dengan demikian merupakan dasar untuk menganalisis kinerja
manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana
mereka yang dituangkan dalam anggaran mereka masing-masing.Hand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen

SEJARAH AKUNTANSI MANAJEMEN
Kebanyakan prosedur perhitungan harga pokok produk (product costing) dan
akuntansi manajemen yang digunakan pada abad 20 dikembangan antara tahun 1880 dan
1924. Perkembangan sebelumnya (sampai tahun 1914) menekankan pada perhitungan pada
perhitungan harga pokok produk pada tingkat manajerial yaitu penelusuran tingkat laba
perusahaan ke tiap produk dan menggunakan informasi ini untuk pengambilan keputusan
strategis.
Mulai tahun 1925, setelah dikembangkannya pasar modal di USA, hampir semua
usaha akuntansi manajemen untuk menghasilkan informasi bagi pemakai intern kemudian
dihentikan dan diganti dengan penentuan harga pokok persediaan (inventory costing), yang
merupakan pembebanan biaya produksi kepada produk sedemikian rupa sehingga harga
pokok persediaan dapat dilaporkan kepada pemakai eksternal dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan telah menjadi kekuatan yang membentuk desain sistem
akuntansi biaya. Manajer dan perusahaan bersedia menerima informasi biaya rata-rata
secara agregat atas tiap produk, karena mereka merasa tidak membutuhkan informasi biaya
masing-masing produk yang lebih terinci dan akurat mengenai tiap produk.Hand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 6
Dalam tahun 1950-an dan 1960-an telah dilakukan beberapa usaha untuk
memperbaiki manfaat sistem akuntansi biaya konvensional untuk kepentingan manajemen.
Diperkenalkannya variable costing untuk penyempurnaan penentuan harga pokok produk
pada dasarnya ditujukan untuk memperbaiki penentuan harga pokok persediaan yang
disajikan dalam neraca dan dalam perhitungan rugi laba. Perbaikan akuntansi biaya pada
saat itu pada hakikatnya hanya terpusat pada bagaimana membuat informasi akuntansi
keuangan lebih bermanfaat bagi pemakai luar, tidak ditujukan untuk menghasilkan
informasi akuntansi yang khusus diperuntukkan bagi kepentingan manajemen.
Pada tahun 1980-an dan 1990-an banyak ditemukan bahwa praktek-praktek
akuntansi manajemen tradisional sudah tidak mampu lagi melayani kebutuhan manajerial.
Kalkulasi biaya produk yang lebih akurat lebih berguna, dan yang menjelaskan secara
rinci penggunaan masukan, dibutuhkan untuk memungkinkan manajer meningkatkan
kualitas, produktifitas, dan mengurangi biaya. Sebagai tanggapan terhadap kelemahan
akuntansi biaya manajemen tradisional, berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan
sistem akuntansi manajemen baru yang dapat memenuhi kebutuhan lingkungan ekonomi
dewasa ini.
    TREND YANG MEMPENGARUHI AKUNTANSI MANAJEMEN
Trend yang menyebabkan perubahan akuntansi manajemen adalah:
 1. Kemajuan teknologi informasi.
 2. Implementasi just-in time (JIT) manufacturing.
 3. Meningkatnya tuntutan mutu
 4. Meningkatnya diversifikasi dan kompleksitas produk, serta semakin pendeknya
daur hidup produk.
 5. Diperkenalkannya computer-integrated manufacturing.
Kemajuan Teknologi Informasi
Perkembangan teknologi informasi menyebabkan dunia menjadi seperti kampung
saja (ditinjau dari sudut bisnis), batas-batas antar negara menjadi semakin tidak jelas
dengan semakin meluasnya perdagangan bebas di seluruh dunia dan persaingan bersifat
global dan tajam. Sifat persaingan ini menyebabkan laba yang diperoleh perusahaanperusahaan yang memasuki tingkat persaingan dunia menjadi menciut. Penciutan laba
memaksa manajemen mencari berbagai strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu
bertahan dan berkembang. Hanya perusahaan-perusahaan yang manajemennya berhasil
menjadikan perusahaannya memiliki keunggulan pada tingkat dunialah yang mampu
bertahan dan berkembang pada situasi persaingan global dan tajam.Hand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
dan Persyaratan untuk Menjadi World Class Company
Fleksibel merupakan tuntutan pasar yang senantiasa menghendaki perusahaan
mampu menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu
berubah. Fleksibel menuntut manajemen perusahaan secara terus menerus melakukan
perbaikan manfaar yang terkandung di dalam produk dan jasa konsumen.
Perkembangan teknologi informasi mengakibatkan konsumen mudah melakukan
akses terhadap mutu produk dan jasa yang akan mereka beli. Dengan demikian, hanya
perusahaan yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi mutu yang
dibutuhkan konsumen, yang mampu menjadi pemimpin dalam persaingan di pasar.
Biaya merupakan faktor penting dalam menjamin kemenangan perusahaan dalam
persaingan di pasar. Konsumen akan memilih produsen yang mampu menghasilkan produk
dan jasa yang memiliki mutu tinggi dengan harga yang murah. Harga murah hanya dapat
dihasilkan oleh produsen yang secara terus-menerus melakukan perbaikan terhadap
aktivitas penambah nilai (value added activities), dan yang senantiasa berusaha
menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai (non value added activities) bagi
konsumen.
Value-Added Activities Strategy vs Non-value-Added Activities Strategy
Dalam proses pembuatan produk diperlukan throughput time yang merupakan keseluruhan
waktu yang diperlukan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Throughput time
dibagi menjadi empat komponen. Pengklasifikasian empat komponen throughput time
sebagai value added activities dan non value added activities dilukiskan sebagai gambar
berikut:
Global Village
Global
Competition
World Class
Company
Enterprice
Excelence
Fleksibel Produk Bermutu Cost EffectiveHand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 8
Value added activities strategy. Dalam posisi sebagai negara pemenang perang (PD II),
perusahaan manufaktur di USA menerapkan strategi memasuki pasar dunia dengan
menekankan pada penyempurnaan value added activities dengan mengesampingkan non
value added activities. Non value added activities dianggap sebagai aktivitas yang tidak
dapat dihindari dalam proses produksi, sehingga diperlukan berbagai model untuk
membenarkan keberadaannya. Berikut gambar strategi perusahaan USA:
Non value added activities strategy. Produsen jepang menemui kesulitan dalam memasuki
pasar dunia, jika menerapkan strategi yang sama dengan yang ditempuh oleh produsen
USA. Produsen Jepang menitikberatkan strategi produksinya pada usaha-usaha untuk
menghilangkan non value added activities, sementara itu mereka juga mengambil semua
penyempurnaan value added activities yang dilakukan produsen Amerika. Berikut strategi
perusahaan Jepang dalam memasuki pasar dunia pasca PD II:
Throughput time = Processing + Inspection + Moving + Waiting / Storage
time time time time
Value-added
activities
Non-value-added activities
Throughput time = Processing + Inspection + Moving + Waiting / Storage
time time time time
Value-added
activities
Non-value-added activities
Time and
Motion Study
Acceptable
Quality Level
EOQ
Safety StockHand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 9
Pada pasca PD II perusahaan USA juga menggunakan Tecnology Driven Strategy,
sedangan perusahaan Jepang menggunakan Market Driven Strategy. Tecnology Driven
Strategy adalah suatu cara berfikir ma najemen yang meletakkan teknologi sebagai
pendorong perusahaan memasuki pasar. Market Driven Strategy adalah suatu cara berfikir
manajemen yang memberi prioritas kepada persyaratan pasar atau konsumen dibandingkan
dengan keterbatasan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan. Perhatian manajemen
dicurahkan terhadap kecenderungan perkembangan pasar dan apa yang diinginkan dan
dibutuhkan konsumen.
Implementasi Just in Time (JIT) Manufacturing
Dalam filosofi JIT, perusahaan hanya memproduksi atas dasar permintaan, tanpa
memanfaatkan tersedianya persediaan dan tanpa menanggung biaya persediaan. Setiap
operasi hanya memproduksi untuk memenuhi permintaan dari operasi berikutnya. Produksi
tidak akan terjadi sebelum ada tanda dari proses selanjutnya yang menunjukkan
permintaan produksi. Suku cadang dan bahan tiba pada saat yang ditentukan untuk dipakai
dalam produksi. Dalam JIT, produksi ditentukan oleh permintaan. JIT merupakan usaha
untuk mengurangi waktu penyimpanan (storage time) yang merupakan salah satu akibat
dari aktivitas bukan penambah nilai.
Meningkatnya Tuntutan Mutu
JIT Manufacturing menuntut ketepatan waktu produksi dan penyerahan produk akhir
kepada pelanggan maupun produk antara dari satu tahap produksi ke tahap berikutnya.
Untuk menjamin ketepatan waktu dituntut produksi tanpa cacat atau rusak, dan bahan baku
sesuai spesifikasi yang ditetapkan tanpa cacat, serta kondisi mesin dan ekuipment produksi
tanpa kerusakan. Untuk menghasilkan produk bermutu dibutuhkan pengendalian
menyeluruh atau total quality control (TQC). TQC merupakan konsep pengendalian yang
meletakkan tanggungjawab pengendalian di pundak setiap karyawan yang terllibat dalam
proses pembuatan produk, sejak desain, proses produksi, sampai produk mencapai
pembeli. Oleh karena itu karyawan didorong agar berusaha menghasilkan “zero defect”.
Throughput time = Processing + Inspection + Moving + Waiting / Storage
time time time time
Value-added
activities
Non-value-added activities
JIT
Manufacturing
TQC
Zero Defect
JIT
Zero Inventory
Cellular
ManufacturingHand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 10
Meningkatnya Diversifikasi dan Kompleksitas Produk,
serta Semakin Pendeknya Daur Hidup Produk
Pemanfaatan komputer untuk memudahkan desain dan pengetesan hasil desain produk
menyebabkan inovasi produk sangat pesat sehingga daur hidup produk (product life cycle)
menjadi semakin pendek.
Computer Integrated Manufacturing
Pemanfaatan komputer di dalam seluruh tahap pembuatan produk, mulai dari tahap desain,
proses produksi, sampai dengan distribusi, mengubah secara mendasar proses pembuatan
produk, dan sistem informasi yang digunakan manajemen di dalam mengelola pabrik.
   DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP
KEBUTUHAN MANAJEMEN AKAN INFORMASI AKUNTANSI
Perkembangan teknologi informasi mempunyai dampak terhadap sistem
pengolahan informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan manajemen: (a) informasi
biaya produk yang lebih cermat, (b) informasi biaya overhead yang cermat, (c) informasi
biaya daur hidup produk.
    RESPON AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KEBUTUHAN MANAJEMEN
AKAN INFORMASI AKUNTANSI
Untuk memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi akuntansidi dalam
perusahaan yang menggunakan teknologi informasi maju, akuntansi manajemen
melakukan berbagai perubahan yang sifatnya mendasar sebagai berikut:
1. Akuntansi manajemen melepaskan dominasi akuntansi keuangan dengan
memfokuskan perekayasaan informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan
manajemen. Informasi biaya yang dihasilkan akuntansi manajemen tidak sekedar
ditujukan kepada manajemen untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan
(financial reporting) bagi pihak luar perusahaan , namun untuk memungkinkan
manajemen melakukan pengelolaan aktivitas (activity management) berdasarkan
informasi biaya.
2. akuntansi manajemen memanfaatkan teknologi komputer untuk merekayasa informasi
biaya produk yang lebih cermat. Pemanfaatan teknologi komputer ini memungkinkan
pembebanan biaya overhead (overhead cost assignment) kepada produk jauh lebih
cermat, sehingga memungkinkan manajemen melakukan analisis kemampuan produk
dalam menghasilkan laba (product profitability analysis) dan keputusan penetapan
harga jual (pricing decision).
3. Akuntansi manajemen berusaha mencerminkan konsumsi sumber daya dalam setiap
aktivitas untuk menghasilkan produk dengan menerapkan activity-based cost system
(ABC).Hand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 11
4. Akuntansi manajemen menciptakan target costing untuk memungkinkan manajemen
menerapkan market-driven strategy dalam memasuki pasar dunia. Target costing
adalah perbedaan antara harga jual produk atau jasa yang diperlukan untuk mencapai
pangsa pasar (market share) tertentu dengan laba per satuan yang diharapkan.
5. Akuntansi manajemen menyajikan informasi product life cycle cost untuk
memungkinkan manajemen melakukan strategic cost analysis. Product life cycle
costing adalah sistem akuntansi biaya yang me nyediakan informasi biaya produk bagi
manajemen untuk memungkinan manajemen memantau biaya produk selama daur
hidupnya.
TEMA BARU DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN
Lingkungan ekonomi telah mensyaratkan perkembangan praktik-praktik akuntansi
manajemen yang inovatif dan relevan. Beberapa tema baru dalam Akuntansi Manajemen
adalah:
1. Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Aktivity Based Management).
Permintaan akan informasi akuntansi manajemen yang lebih akurat dan relevan telah
mengarah pada perkembangan manajemen berdasarkan aktivitas. Manajemen
berdasarkan aktivitas adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang
memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan
meningkatkan nilai untuk pelanggan (customer value) dan laba sebagai hasilnya.
Manajemen berdasarkan aktivitas menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas /
Activity Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Biaya berdasarkan aktivitas
meningkatkan keakuratan pengalokasikan biaya. analisis nilai proses menekankan
pada analisis aktivitas, yaitu mencoba untuk menetapkan mengapa aktivitas dilakukan
dan seberapa baik dilakukan. Tujuannya adalah untuk menemukan cara melakukan
aktivitas yang diperlukan secara lebih efisien, dan untuk menghapus aktivitas yang
tidak memberikan nilai bagi pelanggan.
2. Orientasi pada pelanggan
Manajemen berdasarkan aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi
pelanggan dengan mengelola aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama
karena perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan
nilai pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing
atau menciptakan nilai yang sama dengan biaya lebih rendah dari pesaing. Nilai bagi
pelanggan adalah selisih antara apa yang pelanggan terima (produk total) dengan apa
yang pelanggan serahkan (pengorbanan pelanggan).Hand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi Manajemen
Pengampu: Haris Wibisono, S.E., M.Si., Ak 12
3. Manajemen Kualitas Total (Total Quality Management)
Perbaikan berkelanjutan adalah hal yang mendasar sifatnya bagi pengembangan proses
manufaktur yang sempurna. Kesempurnaan manufaktur adalah kunci utama bertahan
hidup dalam lingkungan persaingan global. Filosofi dari manajemen kualitas total,
dimana perusahaan berusaha menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan
pekerjanya menghasilkan produk yang sempurna (zero defect), sedang menggantikan
sikap “kualitas yang dapat diterima” dimasa lalu.
4. Waktu sebagai unsur kompetitif.
Perusahaan kelas dunia mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pasar
dengan cara memperpendek siklus desain, implementasi, dan produksi. Perusahaan
mengirim produk dengan cepat melalui penghapusan waktu yang tidak bernilai
tambah. Pengurangan waktu yang tidak bernilai tambah semakin besar seiring dengan
meningkatnya kualitas. Tujuan keseluruhannya adalah meningkatkan daya tanggap
terhadap pelanggan.
5. Efisiensi
Kualitas dan waktu merupakan hal yang penting, namun peningkatkan dimensi
tersebut tanpa peningkatan laba akan membuat kinerja menjadi sia-sia. Meningkatkan
efisiensi adalah juga hal vital. Biaya adalah ukuran kritikal untuk efisiensi. Agar
pengukuran efisiensi menjadi bernilai, biaya harus ditetapkan, diukur, dan dialokasikan
dengan tepat; lebih jauh lagi, produksi keluaran harus berhubungan dengan masukan
yang dibutuhkan, dan keseluruhan efek finansial perubahan produktivitas harus
dikalkulasi.
6. Bisnis secara elektronik (E-business)
E-business adalah semua transaksi bisnis dan pertukaran informasi yang dijalankan
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Perdagangan secara
elektronik (E-commerce) adalah jual beli produk dengan menggunakan teknolo gi
informasi dan komunikasi. Bisnis dengan cara ini menyediakan kesempatan bagi
sebuah perusahaan untuk memperluas penjualannya di seluruh dunia dan dapat
menurunkan biaya secara siggnifikan jika dibandingkan dengan transaksi dengan
menggunakan kertas.
Pertanyaan esai:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan sistem informasi akuntansi manajemen !
2. Jelaskan tujuan dari sistem informasi akuntansi manajemen !
3. Jelaskan perbedaan akuntansi keuangan dengan akuntansi manajemen !
4. Jelaskan trend yang mempengaruhi perubahan akuntansi manajemen !
5. Jelaskan dampak perkembangan teknologi terhadap akuntansi manajemen !







http://amirpendidikan1991.blogspot.com