Sabtu, 19 November 2011

Pengaruh Emosi Terhadap Penyesuaian Pribadi Anak dan Penyesuaian Sosial

Pengaruh Emosi Terhadap Penyesuaian Pribadi Anak dan Penyesuaian Sosial

1. Emosi menambah perasaan senang pada pengalaman sehari-hari. Emosi marah dan emosi takut kadang-kadang dapat menambah rasa senang dalam kehidupan seorang anak karena memberi rangsangan pada anak tersebut. Misalnya, seorang anak yang berperilaku marah-marah. Perilakunya tersebut menyebabkan lingkungannya bereaksi sesuai dengan harapannya, maka dia akan senang memperlihatkan perilaku marah-marah dan sering memperlihatkan emosi marah tersebut.
2. Emosi mempersiapkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Semakin intens emosi, semakin keseimbangan tubuh perlu persiapan untuk berperilaku. Sebaliknya, apabila persiapan tidak diperlukan, anak akan menjadi gelisah dan tidak tenang, seolah-olah sebagai akibat dari faktor emosional tubuh.
3. Ketegangan emosi mengganggu ketangkasan motorik. Kesiapan tubuh untuk berperilaku dalam permainan ketangkasan motorik menjadi berat, menyebabkan anak menjadi kaku dan canggung, serta dapat mengakibatkan gangguan bicara antara lain menggagap.
4. Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi. Melalui perubahan raut wajah dan gerakan tubuh yang menyertai emosi, sebagai luapan emosi, anak mengungkapkan, menyampaikan perasaannya kepada orang lain, dan menentukan bagaimana perasaan orang lain.
5. Emosi mengganggu kegiatan mental. Berkonsentrasi, mengingat kembali, berpikir dan kegiatan mental lainnya sangat dipengaruhi emosi yang kuat. Anak yang emosinya terganggu, sangat kesal, dan sebal, akan memperlihatkan hasil belajar di bawah potensi yang dimilikinya.
6. Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, memperkuat interaksi sosial. Anak belajar bagaimana mengubah perilakunya agar sesuai dengan harapan umum dan standar sosial. Anak dari lingkungan yang menghargai musik akan senang belajar main alat musik sebagai dasar untuk dapat mengikuti drum band di kemudian hari.
7. Emosi mewarnai pandangan hidup anak. Sifat-sifat anak mempengaruhi cara anak memandang peran hidup dan posisinya dalam kelompok sosial. Anak yang pemalu akan mempunyai pandangan hidup berbeda dibandingkan anak yang agresif.
8. Emosi terlihat dari ekspresi wajah. Seorang anak yang beremosi senang akan memperlihatkan sorotan mata yang baik. Sebaliknya seorang anak yang beremosi tidak senang, akan memberi kesan pandangan tidak menarik. Seseorang akan tertarik atau merasa segan oleh ekspresi wajah orang lain. Emosi memegang peranan penting dalam penerimaan sosial (social acceptance).
9. Respons emosional, apabila diulang-ulang, membentuk kebiasaan. Setiap ekspresi emosional yang memberikan kepuasan pada anak akan diulang-ulang dan terbentuklah kebiasaan. Apabila anak bertambah usianya dan menyadari reaksi orang lain terhadap ekspresi emosinya tidak menyenangkan, maka agak sulit untuk menghapus kebiasaan tersebut. Perilaku yang merupakan reaksi yang tidak menyenangkan bagi orang lain, secepat mungkin harus diperbaiki agar tidak menetap.
10. Emosi mempengaruhi keadaan psikologis. Di rumah, sekolah, tetangga, kelompok bermain, emosi anak mempengaruhi suasana psikologis dan sebaliknya. Anak yang memperlihatkan perilaku dengan temper tantrums (misalnya berguling-guling di lantai), mengganggu orang lain dan menimbulkan suasana emosi dengan kemarahan atau caci maki. Hal tersebut mengakibatkan anak merasa dirinya tidak dicintai.
Demikianlah, sejak bayi seorang anak akan memperlihatkan perkembangan emosi dengan ungkapan emosi yang berkaitan dengan rangsangan tertentu. Sejalan dengan perkembangan emosi, seorang anak juga memperlihatkan gerakan dan bunyi-bunyian. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh dirinya sendiri, kesehatan tubuhnya dan terpacu oleh kegiatan bermain.


http://amirblogger1991@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar